BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah
pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih-lebih setelah
diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran.
Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep pedagogik
secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang
bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian
tersebut, tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki
keterkaitan substantive dan fungsional. Keterkaitan substantive belajar dan
pembelajaran terletak pada simpul terjadinya perubahan perilaku individu.
Keterkaitan pembelajaran fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa
pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain
belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian, perlu diingat
bahwa tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran.
Misalnya, seseorang berubah perilakunya yang cenderung ceroboh dalam
menyeberang jalan raya setelah secara kebetulan ia melihat ada orang lain yang
menyberang, tertabrak sepeda motor karena ketidak hati-hatiannya. Oleh karena
itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajara bersifat internal-individual,
sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat public.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan belajar?
2.
Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran?
3.
Apa
saja prinsip-prinsip belajar dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
dan Manfaat Penyusunan
1.
Tujuan
Penyusunan Makalah
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk:
a.
Mendeskripsikan
pengertian belajar
b.
Mendeskripsikan
pengertian pembelajaran.
c.
Mengkaji
prinsip-prinsip belajar dan implikasinya terhadap pembelajran.
2.
Manfaat
Penyusunan Makalah
Penyusunan
makalah ini bermanfaat secara:
a.
Teoretis,
Untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam memahami
prinsip-prinsip belajar dan implikasinya
terhadap pembelajran.
b.
Praktis,
bermanfaat bagi:
1.
para
pendidik agar pendidik dapat menerapkan
prinsip-prinsip belajar dan teori pembelajaran yang sesungguhnya dalam kegiatan
pembelajaran,
2.
mahasiswa
agar memahami tentang prinsip-prinsip belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar
Istilah belajar sudah dikenal luas
di berbagai kalangan walaupun sering diartikan secara common sense atau
pendapat umum saja. Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh
Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan
bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Belajar sebagai proses manusiawi
memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat
tradisional maupun modern. Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari traditional/local
wisdom, filsafat, temuan penelitian dan teori tentang belajar. Traditional/local
wisdom adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa, peribahasa, adagium,
maksim, kata mutiara, puisi yang mengandung makna eksplisit atau implicit
tentang pentingnya belajar dalam kehidupan manusia.
Dalam pandangan yang lebih
komprehensif konsep belajar dapat digali dari berbagai sumber seperti filsafat,
penelitian empiris, dan teori. Para ahli filsafat telah mengembangkan konsep
belajar secara sistematis atas dasar pertimbangan nalar dan logis tentang
realita kebenaran, kebajikan dan keindahan. Karena itu, filsafat merupakan
pendangan yang koheren dalam melihat hubungan menusia dengan alam semesta.
Plato, dalam Bell-Gredler (1986:14-6) melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang
ada dalam diri manusia dan dibawa lahir. Sementara itu, Aristoteles melihat
pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam dunia fisik bukan dalam
pikiran. Kedua kutub pandangan filosofis tersebut berimplikasi pada pandangan
tentang belajar. Bagi penganut filsafat idealism hakikat realita terdapat dalam
pikiran, sumber pengetahuan adalah ide dalam diri manusia, dan proses belajar
adalah pengembangan ide yang telah ada dalam pikiran. Sedang bagi penganut
realism, realita terdapat dalam dunia fisik, sumber pengetahuan adalah
pengalaman sensori, dan belajar merupakan kontak atau interaksi individu dengan
lingkungan fisik.
B.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis,
memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran
berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar
tersebut.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni
pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah.
Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat. Dengan
demikian, maka proses belajar bias terjadi di kelas, dalam lingkungna sekolah,
dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial-kultural
melalui media massa dan jaringan. Dalam konteks pendidikan nonformal,
justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan
masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan jaringan internet. Hanya
sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan pendidikan
nonformal seperti pusat kursus.
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah
“proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan
terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect learners in
such a way that learning is facilitated. (Gagne, Briggs, dan Wager, 1992,
hal.3).
Sekarang, kita telah memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal
itu dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yaitu “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dalam konsep terebut,
terkandung 5 konsep, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber
belajar, dan lingkungan belajar.
C.
Prinsip-prinsip Belajar
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar. Oleh karena
itu, dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip belajar.
Banyak ahli yang mengemukakan berbagai prinsip belajar yang harus
diprtimbangkan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu ahli di
antaranya adalah Bothwell (1968), yang mengemukakan sepuluh prinsip belajar.
1.
Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Yang dimaksud
dengan kesiapan atau readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan
ia dapat belajar. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas
dalam belajar akan mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan yang
diharapkan. Yang termasuk kesiapan adalah kematangan dan pertumbuhan fisik,
intelegensi, latar belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu, dan
faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan, yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran.
a.
Seorang
individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas-tugas yang diberikan
kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b.
Kesiapan
belajar harus dikaji bukan diduga. Hal ini mengandung arti bahwa apabila
seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari
sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
c.
Jika
seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu akan
ditunda sampai individu tersebut memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas.
d.
Kesiapan
untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti bahwa
siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin memiliki pola kemampuan mental
yang berbeda.
e.
Bahan-bahan,
kegiatan dan tugas, seharusnya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan
individu.
Berkaitan
dengan prinsip kesiapan dalam belajar, dalam memulai kegiatan pembelajaran guru
hendaknya memberikan apersepsi. Apersepsi berfungsi mempersiapkan kondisi
belajar pada siswa. Melalui apersepsi guru dapat menciptakan suasana siap mntal
siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam
menyiapkan siswa untuk belajar, diantaranya adalah:
a.
Mengaitkan
materi yang dipelajari dengan materi yang telah dikuasai siswa.
b.
Memulai
pembelajaran dari hal-hal yang telah dikenal atau dikuasai siswa.
2.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi pada diri
individu yang memprakarsai kegiatan mengatur arah kegiatan , dan memelihara
kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan biologis
Yang perlu di perhatikan dalam
pengembangan proses belajar :
a. kesungguhan.individu bukan hanya didorong
oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis,sosial dan emosional.
b. Pengetauan tentang kemajuan yang dicapai
dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Berkenaan dengan prinsip motivasi,dalam
memebantu siswa belajar, Guru hedaknnya mengembangkan kegiatan pembelajaran
yang menarik dan mempelihara perhatian siswa dserta sesui kebutuhan dan minat
siswa.
Proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang
memotivasi siswa akan memungkinkan pengesuan optimal dan memberikan pengalaman
yang berharga baik bagi siswa maupun bagi guru.
3.
Prinsip Persepsi
Presepsi adalah interpretasi tentang
situasi hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Siswa yang mempunyai presepsi positif
terhadap kegiatan belajar dan dirinya,mereka akan senang dan sungguh-sungguh
belajar.
Berkenaan dengan prinsip prepsi ini, berikut ini
beberapa hal penting yang harus diperhatikan:
a. Resepsi siswa terhadap Sesutu di
pengaruhi oleh factor lingkungan dimana siswa berada.
b. Penafsiran individu terhadap sesuatu
tergantung pada tujuan, sikap, pengalama, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya
c. Cara seorang melihat dirinya berpengaruh
terhadap perilakunya. Dalam suatu situasi seorang siswa cenderung bertindak
sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
d. Untuk membentuk presepsi yang tepat,
siswa dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan kepada mereka untuk menilai
dirinya sendiri. Perilaku yang baik tergantung pada persepsi yang cermat dan
nyata mengenai suatu situasi.
e. Kecermatan persepsi harus sering dicek.
Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklarifikasi persepsi mereka.
f. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
siswa akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap dirinya maupun
terhadap kegiatan belajar, guru hendaknya :
a. Menciptakan
iklim kelas yang menyenangkan dan aman sehingga siswa merasa senang dalam
belajar.
b. Mengorganisasi materi pelajaran dengan memperhatikan
tingkat kesulitan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
menarik sehingga siswa merasa senang dalam melaksanakan tugas belajar yang
diberikan.
d. Memberikan tugas atau kegiatan yang
menekankan pada kekuatan atau kelebihan siswa.
4.
Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa pada saat
proses belajar terjadi. Mengenai tujuan ini ada beberapa individu yang perlu
diperhatikan:
a.
Tujuan
seharusnya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
b.
Penetapan
tujuan seharusnya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyrakat.
c.
Siswa
akan dapat menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.
d.
Tujuan
guru dan siswa seharusnya sama atau sesuai.
e.
Aturan-aturan
yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi
perilaku.
f.
Tingkat
keterlibatan siswa mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang hasil yang
dapat dicapai.
g.
Perasaan
siswa mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
h.
Tujuan
harus dirumuskan dengan jelas dan dapat diterima oleh siswa.
Berkaitan dengan prinsip tujuan ini, untuk membantu siswa berhasil
dalam belajarnya, guru hendaknya merumuskan tujuan dengan memperhatikan minat
dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat kesesuaian antara minat dan
kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan, motivasi belajar mereka akan
meningkat.
5.
Prinsip Perbedaan Individual
Menurut prinsip ini, proses belajar yang terjadi pada setiap
individu berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh fisik maupun
psikhis. Berkaitan dengan perbedaan individual dalam proses belajar, ada
beberapa hal yang perlu diingat:
a.
Para
siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang
berbeda-beda.
b.
Para
siswa perlu mengenal potensinya dan seharusnya dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.
c.
Para
siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan, minat,
dan latar belakangnya.
d.
Siswa
cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lalunya
yang ia rasakan berarti.
e.
Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat apabila individu tidak merasa
terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar.
f.
Siswa
yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh.
Dengan adanya
prinsip individual dalam proses belajar, kegiatan pembelajaran seharusnya
disesuaikan dengan kesanggupan individual siswa. Kegiatan pembelajaran yang
dapat dilaksanakan oleh guru dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan individu
siswa adalah:
a.
Melaksanakan
kegiatan kelompok, pengelompokan didasarkan atas kesanggupan siswa.
b.
Memberikan
tugas yang dapat diselesaikan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu.
c.
Memberikan
tugas tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi
pelajaran, dan memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang telah mampu menguasai
materi.
d.
Melaksanakan
pembelajaran proyek atau unit.
6.
Prinsip Transfer dan Retensi
Dalam proses belajar, seseorang dituntut untuk menyerap dan
menyimpan hasil belajar (retensi) serta menggunakannya dalam situasi
baru (transfer). Berhubungan dengan proses transfer dan retensi, ada
beberapa prinsip yang haru diperhatikan :
a.
Tujuan
belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi.
b.
Materi yang bermakna bagi siswa dapat diserap lebih
baik.
c.
Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikhis.
d.
Latihan
yang terbagi dalam unit-unit akan memungkinkan retensi yang baik.
e.
Penelaahan
bahan-bahan yang factual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
dan nilai transfer.
f.
Proses
belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
g.
Sikap
pribadi, perasaan, atau suasana emosi siswa dapat menyebabkan proses pelupaan
pada hal-hal tertentu.
h.
Proses
saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila materi baru yang sama
dipelajari mengikuti materi sebelumnya.
i.
Pengetahuan
tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubungkan penerapan prinsip yang
dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi terhadap unsur-unsur yang sejenis.
j.
Transfer
hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mudah bila hubungan yang bermanfaat dalam situasi khusus dan dalam
situasi yang dibuat agak sama.
k.
Pembelajaran
diakhiri dengan pembuatan generalisasi atau kesimpulan.
Berkaitan
dengan prinsip ini, guru seharusnya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang :
a.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kemampuannya dalam memecahkan
permasalahan sehari-hari.
b.
Menunjukkan
hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep lain.
c.
Menggunakan
berbagai media pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi
yang dibahas.
7.
Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatakan proses
pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar-unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah.
Bebrapa
hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :
a. Perhatian harus di pusatakan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi.
b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai
dengan taraf dan jenis perbedaan individu yang ada.
c. Bentuk-bentuk kesepian, perbendaharaan
kata, kemampuan membaca, kecakapan, dan pengalaman, berpengaruh langsung
terhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus diorganosasikan
ke dalam setuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan konsep, kebermaknakan
dari konsep amatlah penting. Kegiatan mencari, menerapkan, mendefinisikan, dan
menilai sangatlah di perlukan untukmenguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
f. Dalam pemecahan masalah para siswa harus
di bantu untuk mendifinisikan, dan membatasi linkup masalah, menemukan
informasi yang sesuai, menasirkan dan menganalisis masalah serta memungkinkan
berfikir menyebar.
g. Perhatian yang lebih terhadap proses
mental daripada terhadap hasil belajar, akan lebih memungkinkan terjadinya
proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran.
Untuk membantu siswa berhasil dalam proses
belajar kognitif, guru hendaknya :
a. Mempertimbangkan latar belakang dan
lingkungan siswa dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
b. Mengaitkan materi yang di pelajari dengan
hal-hal yang pernah, sedang, dan akan di alami siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan suatu permasalahan.
8.
Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan
dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi,
dorongan, minat, dan sikap.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif :
a.
Hampir
semua situasi kehidupan mengandung aspek afektif.
b.
Cara
siswa menyesuaikan diri dan memberikan reaksi terhadap situasiasi akan member
dampak dan pengeruh terhadap proses belajar afektif.
c.
Nilai-nilai
yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang
hayat. Nilai, sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada
keseluruhan proses perkembangan.
d.
Sikap
dan nilaisering dibentuk melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan
sebagai hasil belajar langsung.
e.
Sikap
lebih mudah dibentuk melalui pengalaman yang menyenangkan.
f.
Nilai-nilai
yang ada pada diri individu di pengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
g.
Proses
belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat, iswa yang
memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar dengan mudahdaripada
yang memiliki masalah.
h.
Belajar
afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi dengan guru dalam
kelas.
i.
Siswa
dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan
memahami sikap, peranan, dan emosi.
Berkenaan
dengan proses belajar afekti ini, guru hendaknya melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan terbentuknya kemampuan afektif siswa, seperti : kegiatan yang
mempersyaratkan siswa bekerja sama, memecahkan masalah secara mandiri.
9.
Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menuntut keaktifan aspek
mental dan fisik.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam belajar psikomotor, adalah :
a.
Pelaksanaan
tugas dalam suatu kelompok akan menunjukan variasai dalam kemampuan dasar
psikomotor.
b.
Struktur
ragami dan sistem syarat individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotor.
c.
Melalui
bermain dan aktifitas informal, siswa akan memperoleh kemampuan mengontrrol
gerakannya lebih baik.
d.
Dengan
kematangan fisik dan mental, kemampuan siswa untuk memadukan dan memperluas
gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
e.
Faktor-faktor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu.
f.
Penjelasan
yang baik, demonstrasi, dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efesiensi
belajar psikomotor.
g.
Latihan
yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses
belajar psikomotor.
h.
Tugas-tugas
psiomotor yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan frustrasi dan
kelelahan yang tepat.
Dalam kegiatan
pembelejaran guru hendaknya melekukan hal-hal berikut :
a.
Memberikan
petunjuk secara verbal tenteng langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk
mengusai suatu keterampilan.
b.
Mengunakan
gambar atau demonstrasikan gerakan-gerakan atau kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan siswa dalam menguaai keterampilan.
c.
Memberikan
latihan yang cukup karena keterampilan motorik menunutut latihan yang bertahap.
Tingkat kelenturan, kecepatan, dan ketepatan gerakan hanya dapat dicapai
melalui latihan yang berulang-ulang.
10.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, jenis, cakupan dan
validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui kemajuan
dalam pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi
yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran:
a. Evaluasi member arti pada proses belajar
dan member arah baru pada siswa.
b. Bila evaluasi dikaitkan dengan tujuan
maka peran evaluasi menjadi sangat penting bagi siswa.
c. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru
dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam evaluasi dan belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian
tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa saling bertukar dan menerima
pikiran, perasaan, dan pengamatan.
e. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi
dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani siswa.
f. Kelompok teman sebaya berguna dalam
evaluasi.
Berkaitan dengan prinsip evaluasi, guru hendaknya melaksanakan kegiatan
evaluasi secara menyeluruh, tidak hanya pencapaian hasil belajar tetapi juga
proses belajar.
BAB III
PENUTUPAN
1.
Simpulan
Belajar adalah proses yang dilakukan
oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and
attitudes. Dan pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas
dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan, maka diperlukan prinsip-prinsip tertentu. Dan diharapakan, guru
mampu menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran agar tujuan dari
belajar dapat tercapai.
2.
Saran
Dalam
melakukan sesuatu tentu kita mempunyai tujuan, begitu juga dengan belajar.
Dengan adanya prinsip-prinsip tersubut di atas, guru diharapkan mampu
menerapkannya dalam proses pembelajaran yang dilakukan agar tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. panen, paulina, MLs., dkk. 2003.
BELAJAR dan PEMBELAJARAN 1. Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar