1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
a.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan serta kaitan antara perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik. Beri contohnya!
Pertumbuhan
adalah proses perubahan progresif yang bersifat kuantitatif dan yang terjadi
pada aspek fisik.
Contoh pertumbuhan : munculnya gigi-gigi baru, bertambahnya tinggi
badan, bertambahnya panjang rambut, pertumbuhan tinggi badan, pertumbuhan berat
badan, pertumbuhan alat kelamin, meningkatnya fungsi otot dst.
Perkembangan
adalah proses perubahan progresif yang bersifat kualitatif fungsional dan yang
terjadi pada aspek fisik dan psikis.
Contoh perkembangan : munculnya kemampuan berdiri dan berjalan, semakin
meningkatnya kemampuan berbicara, berimajinasi, berbicara, berkembangnya pola
pikir, perkembangan emosi, perkembangan kecerdasan dan perkembangan kedewasaan,dll.
Persamaan antara pertumbuhan dan perkembangan : keduanya merupakan proses perubahan progresif.
Perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan:
|
Pertumbuhan
|
Perkembangan
|
Sifat Perubahan
|
· Bersifat kuantitatif
· Bersifat irreversible(pertumbuhan tidak dapat kembali seperti semula)
|
· Bersifat kualitatif fungsional
(bersifat kualitatif dan kuantitatif)
· Bersifat reversible
|
Aspek yang berubah
|
pertumbuhan yang berubah adalah aspek fisik saja
|
perkembangan aspek yang berubah adalah aspek fisik dan psikis.
|
b.
Sebutkan
dan jelaskan hukum-hukum perkembangan yang anda ketahui. Beri contoh.
Hukum-hukum perkembangan meliputi :
·
Hukum
Tempo Perkembangan.
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu
berbeda-beda, menurut temponya masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada
yang cepat (tempo singkat) adapula yang lambat. Suatu saat ditemukan seorang
anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan berjalan, berbicara,tetapi pada
saat yang lain ditemukan seorang anak yang berjalan dan berbicaranya lambat
dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.
·
Hukum
Irama Perkembangan.
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau
lambatnya perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau rythme
perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut mengalami gelombang “pasang
surut”. Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga
kemunduran dalam suatu bidang tertentu. Misalnya , akan mudah sekali
diperhatikan jika mengamati perkembangan pada anak-anak menjelang remaja. Ada
anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang melewati
masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-gejala yang serius.
·
Hukum Konvergensi Perkembangan.
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu
berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu di hubung-hubungkan
dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang
ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan
lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang
berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan.
· Hukum Kesatuan Organ.
Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ
tubuh , yang merupakan satu kesatuan diantara organ-organ tersebut antara fungsi
dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh : perkembangan
kaki yang semakin besar dan panjang , mesti diiringi oleh perkembangan otak,
kepala, tangan dan lain-lainnya.
·
Hukum Hierarkhi Perkembangan.
Bahwa perkembangan anak itu tidak mungkin akan
mencapai suatu fase tertentu dengan spontan, akan tetapi harus melalui
tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga
perkembangan diri seseorang menyerupai derajat perkembangan. Contoh :
perkembangannya pikiran anak, mesti didahului dengan perkembangan pengenalan
dan pengamatan.
·
Hukum
Masa Peka.
Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat
untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang anak. Sebab
perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak antara satu
dengan lainnya. Contoh : masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada
awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar tahun pertama.
· Hukum Mengembangkan Diri.
Dorongan yang pertama adalah dorongan
mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.
Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan menjaga
keselamatan diri sendiri. Contoh : anak menyatakan perasaan lapar, haus , sakit
dalam bentuk menangis maka tangisan itu dianggap sebagai dorongan
mempertahankan diri, seorang anak yang ingin menjadi juara, pandai dan sukses.
· Hukum Rekapitulasi.
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali
secara singkat dari perkembangan manusia di dunia dari masa berburu hingga masa
industri. Teori ini berlangsung dengan lambat secara berabad-abad. Jika
pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat
dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah
kehidupan umat manusia.
c.
Identifikasi
karakteristik remaja dan bagaimanakah upaya yang dilakukan pendidik/konselor.
Karakteristik remaja yaitu :
·
Masa
remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
·
Masa
remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak
lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,
keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
·
Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu
perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang
mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan
kebebasan.
·
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
peranannya dalam masyarakat.
·
Masa
remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak
orang tua menjadi takut.
·
Masa
remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan
dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain
sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam
cita-cita.
Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
2.
Perkembangan Bahasa Anak
a.
Jelaskan
tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak!
Perkembangan bahasa sebagai aspek universal berlangsung dalam suatu
pola yang bertahap sebagai berikut:
·
Tahap Pralinguistik atau Meraban (0,3-1 tahun)
Tahapan ini merupakan permulaan perkembangan bahasa, yang dimulai
pada usia sekitar tiga bulan. Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran
dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, anak mengeluarkan
berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain (orang dewasa) yang
mencari kontak verbal dengan anak tersebut atau sebaliknya.
·
Tahap Halofrastik atau Kalimat Satu Kata (1-1,8 tahun)
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-katanya
pertama. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak ini, harus dipandang sebagai
satu kalimat penuh, mencakup aspek psikologis (intelektual, emosional), dan
visional, untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu.
·
Tahap Kalimat Dua Kata (1,8-2 tahun)
Pada tahapan ini, anak mulai lebih banyak kemungkinan untuk
menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata ,
dengan dua holofrase yang dirangkai cepat. Pada tahap ini, belum menggunakan
imfleksi, artinya kata kerja (verbal) yang digunakan tidak mempunyai penada
waktu dan jumlah, kata benda (nomina) yang digunakan tidak menggunakan akhiran
jamak.
·
Tahap Perkembangan Tata Bahasa (2-5 tahun)
Pada tahapan ini anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata
bahasa, panjang kalimat bertambah (walau bukan gejala utama), ucapan yang
dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak dan tugas.
Penambahan dan pengayaan terhadap jumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur
meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
·
Tahap Perkembangan Tata Bahasa menjelang Dewasa (5-10 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang
lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi,
relativasi, dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan oleh
anak-anak pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai pengecualian dari
keteraturan-keteraturan tata bahasa (sintaksis) dan fonologi dalam bahasa
terkait.
·
Tahap Kompetensi Lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak perbendaharaan kata terus meningkat,
gaya bahasa seseorang mengalami perubahan, dan seseorang semakin lancer dan
fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa. Keterampilan dan performansi tata
bahasa (sintaksis) terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa
secara lengkap sebagai kompetensi komunikasi.
b.
Identifikasi
faktor-faktor pendorong/penghambat perkembangan bahasa anak dan bagaimana upaya
mengatasinya?
Faktor
pendorong perkembangan bahasa anak
·
Adanya
model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu agar dapat melafalkan
kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi
suatu kalimat yang mempunyai arti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang
lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau
dari TV. Dengan sendirinya potensi anak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
Agar anak mengucapkan kata-kata yang baaik, hendaknya orang tua membiasakan
berbicara hal-hal yang baik dan memperkenalkan anak pada lingkungan yang baik
pula.
·
Kesempatan
anak untuk berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan
timbul frustasi dan bahkan sering kali
marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau
lingkungannya. Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar
berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya. Dalam hal ini,
orang tua dan lingkungan sekitar harus memberi kesempatan untuk anak berlatih
berbicara lebih banyak lagi. Apabila kesempatan berlatih yang didapat oleh anak
lebih banyak, maka perkembangan bahasa anak tersebut lancar-lancar saja dan
berkembang seperti anak pada umumnya.
·
Motivasi
dari orang tua dan orang-orang terdekat untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasidan melatih anak untuk berbicara sangat penting
bagi anak karena untuk memnuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak.
Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan
terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
·
Bimbingan
Bimbingan anak
sangat penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, hendaknya orang
tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang
mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau membetulkan
apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut
sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak
tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
·
Lingkungan
sekitar yang mendukung
Lingkungan sekitar merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya
seorang anak. Lingkungan berperan secara tidak langsung dalam proses
perkembangan anak. Apabila lingkungan tersebut positif, maka akan berdampak
positif pada perkembangan anak. Namun, apabila lingkungan buruk maka akan
membawa dampak negative bagi proses tumbuh kembang anak. Seharusnya, lingkungan
sekitar dipilih sebelum anak lahir.
Faktor
penghambat perkembangan bahasa anak:
· Tidak adanya motivasi dari orang-orang terdekat.
Motivasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh anak yang sedang
dalam masa perkembangan. Terlebih apabila berada di masa awal perkembangan.
Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk bisa mengembangkan
kemampuan berbahasanya. Mungkin motivas tidak harus berupa nasehat atau apa.
Mungkin bisa saja dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mampu membantu
proses perkembangan bahasa anak.
· Anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berlatih mengembangkan
kemampuan berbahasanya.
Kesempatan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
perkembangan. Apabila anak tidak mendapatkan kesempatan untuk selalu
meningkatkan kemampuan berbahasanya, maka proses perkembangan bahasa dari anak
tersebut. Orang tua dan lingkungan sekitar seharusnya selalu memberikan
kesempatan bagi anak untuk selalu bisa mengembangkan potensi dirinya dalam
kemampuan berbahasanya.
· Lingkungan sekitar yang tidak mendukung bagi proses perkembangan
anak.
Lingkungan sekitar merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya
seorang anak. Lingkungan berperan secara tidak langsung dalam proses
perkembangan anak. Lingkungan yang berpengaruh negative bagi perkembangan
bahasa anak sebaiknya dihindarkan sejak dini agar perkembangan bahasa anak
tidak terganggu. Pemilihan lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Karena
pengaruh lingkungan secara tidak langsung berperan dalam pembentukan anak dan
akan terbawa hingga anak dewasa nanti.
c.
Jelaskan
hubungan perkembangan bahasa dengan perkembangan intelektual anak!
Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi yang dimana pikiran dan
perasaaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang
lain. Dilihat dari pengertiannya, dapat kita ketahui bahwa proses perkembangan
bahasa anak secara tidak langsung berpengaruh pada perkembangan intelektualnya
dan sebaliknya, proses perkembangan intelektual juga berpengaruh pada proses
perkembangan bahasa.
Jadi bisa dikatakan, anak yang kemampuan bahasanya
baik,komunikasinya dengan orang-orang dosekitarnya lancar, bisa jadi kemampuan
intelektualnya juga baik. Karena kemampuan bahasanya seseorang juga dipengaruhi
tingkat intelektual seseorang. Namun, apabila tingkat intelektualnya baik,
belum tentu kemampuan bahasanya juga baik. Orang yang pandai belum tentu pandai
mengekspresikan sesuatu/berkomunikasi. Karena komunikasi juga dipengaruhi
kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya. Biasanya hal ini bisa dilihat
ketika anak masih kecil. Jika ada anak kecil yang cerewet biasanya orang-orang
sekitar akan bilang jika anak itu pintar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
bahasa seseorang dipengaruhi oleh tingkat intelektualnya.
3.
Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Dasar
a.
Jelaskan
kaitan antara pertumbuhan fisik dengan perkembangan intelektualnya
Perkembangan fisik atau jasmani masing-masing anak sangatlah
berbeda. Hal ini dipengaruhi perbedaan gizi antara anak yang satu dengan yang
lainnya, lingkungan, perlakuan orang tua, kebiasaan hidup dll.
Nutrisi dan kesehatan sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang
berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya, anak yang memperoleh makanan yang bergizi,
lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik
akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Olah raga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik
anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali mengalami
kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan
anak.
Anak yang nutrisinya tercukupi serta olahraga yang teratur, akan
terlihat berbeda dengan anak yang pemenuhan nutrisinya kurang. Kita bisa
melihat dari tampilan fisiknya. Selain fisiknya yang kuat, biasanya anak yang
pemenuhan nutrisinya cukup, tingkat intelektualnya juga tinggi. Secara
logisnya, anak yang pemenuhan nutrisinya cukup akan terlihat lebih sehat
otomatis anak tersebut memiliki kesempatan belajar lebih banyak dari pada anak
yang pemenuhan nutrisinya kurang yang sering sakit-sakitan. Otomatis membawa
efek, anak yang sehat tingkat intelektualnya lebih baik dari pada anak yang
sering sakit-sakitan. Karna daya fikir orang yang sering sakit-sakitan
cenderung melemah dari pada daya pikir orang sehat yang cenderung lebih
meningkat.
b.
Jelaskan
kaitan antara perkembangan sosial, nilai moral, sikap dan emosi anak.
Nilai moral merupakan sesuatu yang menjadi dasar
pertimbangan dari individu untuk melakukan suatu tindakan, moral merupakan
perilaku yang harus dilakukan atau dihindari, sedangkan sikap merupakan
kesiapan individu untuk bersespons/bertindak terhadap objek sebagai perwujudan
dari sistem nilai moral yang ada didalamnya.
Sistem nilai yang dimiliki individu akan
menentukan perilaku mana yang harus dilakukan dan yang harus dihindari yang
akan nampak dalam sikap dan perilaku nyata sebagai perwujudan dari sistem nilai
moral yang mendasarinya.
Sikap itu sendiri merupakan perwujudan dari akibat
suatu emosi yang dialami oleh individu. Kemudian
sikap tersebut diterapkan ke dalam kehidupan sosial masyarakat dimana yang
menjadi tempat seorang anak tumbuh dan berkembang.
c.
Usaha-usaha
apa yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan anak SD dan implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki cirri-ciri dan
karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut semakin terlihat
sejalan dengan perkembangan individu. Kata perbedaan dalam istilah perbedaan
individual menurut Landgren (1980:578) merupakan suatu variasi yang terjadi,
baik pada aspek fisik maupun psikologis.
Sebagai seorang calon pendidik, kita dituntut untuk memahami diri
peserta didik dengan baik. Pemahaman pada diri peserta didik di sini mengandung
arti bahwa kita harus mengenal betul kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh
peserta didik, serta mengetahui betul setiap kebutuhan pada setiap jenjang usia
yang ada pada peserta didik. Dengan memahami peserta didik dengan baik, kita
diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi
masing-masing peserta didik.
Pada setiap tahap perkembangan anak di setiap jenjang usia, para
peserta didik mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Misalnya, kebutuhan anak yang bertubuh pendek berbeda dengan
kebutuhan anak yang bertubuh tinggi. Mungkin anak yang bertubuh pendek perlu
duduk di depan agar mampu melihat apa yang dilakukan/dijelaskan guru didepan,
agar anak tersebut bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Anak yang daya
pikirnya lamban, diberi stimulus yang berbeda dengan anak yang daya pikirnya
cepat. Guru harus bisa mengidentifikasi peserta didiknya, mengidentifikasi
kebutuhan dari masing-masing individu dan selanjutnya memenuhi kebutuhan
masing-masing peserta didik agar tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar